Pelajaran dari Red Cliff 2 0

i_Tb | 02.06 |

Fenomena global warming adalah salah satu 'warning' untuk manusia bahwa manusia tidak lagi bersahabat dengan alam, sehingga alam pun tidak bersahabat dengan manusia. Bisa jadi alam tidak akan lagi mendukung kehidupan manusia. Dan ini terjadi karena ketidakpedulian, atau karena ketidakbersahabatan manusia dengan alam. Bersahabat dengan alam seperti sudah dilupakan manusia modern, berbeda dengan generasi sebelumnya

Film Red Cliff memperlihatkan bagaimana ketika manusia bersahabat dengan alam, mengerti bahasa alam, maka alam pun akan mendukung manusia apapun itu bentuknya; hujan, panas terik, kabut, badai, malam, siang, bulan purnama, sebenarnya bisa disinergikan bagi kepentingan manusia.
Orang Jawa selama ini mengenal ilmu titen untuk membaca bahasa alam, maka kemudian muncul ilmu Pranata Mangsa (Ilmu tentang perhitungan musim yang ada sejak pra-Islam dengan kalender Saka, dan selanjutnya disesuaikan dengan kalender Gregorian oleh Sri Paduka Mangkunegara IV tahun 1855). Ada 12 musim - dari musim Kasa sampai Sadha. Dimana masing-masing musim memiliki sifat dan karakter yang didapat melalui proses panjang manusia dalam 'niteni' atau menandai bahasa alam.

Sehingga, tidak heran kalau orang Jawa tahu kapan musim hujan akan tiba, kapan musim tanam, kapan hujan dengan kilat akan terjadi, kapan pohon randu mulai berguguran, bahkan kapan musim kucing kawin datang. Itulah hebatnya ketika manusia bersahabat dengan alam.

China yang dikenal memiliki budaya yang lebih maju pun mengenal dan memahami bahasa alam ini. Paling tidak hal ini terlihat dalam film Red Clif 2 garapan sutradara Jhon Woo yang bersumber pada perang antara 3 negara di China sekitar tahun 208 akibat runtuhnya dinasti Han. Bagaimana manusia bisa memahami 'bahasa; dan karakter alam, terlihat dalam penentuan strategi perang yang dipergunakan.


Untuk memenangkan perang melawan tentara Cao Cao, tentara Sun Quan dan tentara Liu Bei harus mempersiapkan strategi dan persenjataan yang kuat. Di sini, terlihat siapa yang bersahabat dengan alam, yang memahami karakter dan bahasa alam yang akhirnya memenangkan peran. Untuk mendapatkan 100.000 batang panah, ahli strategi Zhuge Liang, hanya membutuhkan waktu selama 3 hari. Bukan dengan memerintahkan prajurit membuat batang panah, tapi Zhuge Liang justru meminta beberapa kapal yang diisi patung prajurit dari rumput. Zhuge berhasil membaca alam, bahwa akan terjadi kabut, sehingga ketika mereka mengirim kapal tersebut ke pertahanan musuh, musuh mengira tentara Sun Quan dan Liu Bei siap menyerang. Padahal itu hanya kapal kosong berisi patung prajurit dari rumput yang terhalang kabut. Karena mengira musuh datang menyerang, tentara Cao Cao pun dengan menyerang dengan ribuan anak panah yang mengarah ke kapal. Dengan singkat Zhuge Liang berhasil mengumpulkan 100.000 anak panah yang telah dijanjikannya, hanya dalam tempo 3 hari.

Strategi yang luar biasa....

Strategi kedua untuk memenangkan pertempuran laut pun masih dengan mengandalkan karakter alam. Zhuge Liang yang mengetahui perubahan arah angin, menunggu waktu penyerangan sampai arah angin tidak memihak tentara Cao Cao, sehingga mereka bisa menyerang armada laut dan kapalnya dengan api, tanpa membakar kapal-kapal mereka sendiri. Ini juga karena pemahaman tentang karakter alam.....

Jadi sepertinya kita, bisa belajar banyak tentang bagaimana kita harus bersahabat dengan alam dan memahami bahasa serta karakter alam untuk mendukung kehidupan kita sebagai manusia. Sebuah pelajaran penting dari film Red Cliff 2 tentang sinergi alam dengan manusia. Selamat nonton filmnya kalau belum sempat nonton....

0 Responses So Far:

 
Share 4 All Copyright © 2010 Prozine Theme is Designed by Lasantha Home | RSS Feed | Comment RSS